Wisata Sejarah, Tugu Ngejaman Keben Wujud Toleransi Masyarakat Yogyakarta dan Etnis Tioonghoa


Source: Facebook.com/Walking Tour Jogja

Jika Anda sedang melancong ke Yogyakarta dan berkunjung ke kawasan kraton, pasti Anda akan menyaksikan sebuah monumen berbentuk jam. Monumen tersebut berada di belakang Bangsal Pagelaran, dekat dengan Museum Kereta. Bukan tanpa sebab, museum tersebut merupakan bukti nyata adanya hubungan masyarakat Yogyakarta dan etnis Tionghoa di masa lalu. Namanya adalah Tugu Ngehaman Keben. 

Tugu Ngejaman Keben menjadi salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Dibangun sejak 1936, Tugu Ngejaman Keben masih terawat hingga saat ini. Tugu bersejarah tersebut bisa disaksikan oleh umum, walaupun bagian luar tetap dipagari. 

Tugu Ngejaman Keben dibangun sebagai bukti nyata hubungan masyarakat Yogyakarta, pegawai Gubermen (pegawai penarik pajak), dan Kraton Yogyakarta berjalan secara harmonis. Sejak dulu, memang masyarakat dari ragam etnis hidup berdampingan dan begitu selaras sejak zaman Kerajaan Mataram. Hal tersebut semakin diperkuat dengan dukungan Sri Sultan Hamengku Buwana VIII yang saat itu tengah bertahta. 

Bentuk dari Tugu Ngejaman Keben cenderung sederhana, tapi cukup unik. Pada bagian bawahn terdapat tulisan yang ditulis menggunakan beberapa bahasa, diantaranya Bahasa Indonesia, China, dan Inggris. Tidak lupa dengan untaian aksara Jawa yang turut andil dalam cagar budaya tersebut. Lambang Kraton Yogyakarta juga terpampang dengan nyata di sana. 

Tugu Ngejaman Keben kelihatan biasa saja. Usianya sudah begitu tua, tidak terlalu mencolok di tengah-tengah kawasan wsata. Kendati demikian, Tugu Ngejaman Keben tetap memiliki makna yang berarti bagi masyarakat Yogyakarta. Tugu inilah yang menunjukan bahwa toleransi antara masyarakat pribumi dan etnis Tionghoa begitu dekat.

Comments:

Leave a Reply

you may also like