Source: budaya.jogjaprov.go.id
Upacara Labuhan adalah salah satu tradisi di Yogyakarta yang sampai saat ini masih selalu dilaksanakan oleh Kraton Yogyakarta. Ada beberapa labuhan yang dilakukan, di tempat-tempar tertentu. Biasanya, labuhan dilakukan dalam rangka tingalan dalem jumenengan sultan.
Labuhan Alit ini juga dilakukan di Pantai Parangkusumo. Acara ini dilaksanakan dengan khidmat dan dihadiri oleh pejabat-pejabat tempat dimana diadakannya upacara labuhan ini. Tentunya, Labuhan Alit memerlukan banyak sekali persiapan sebeluym pelaksanaan.
Upacara dimulai dengan penyerahan uba rampe atau sesaji yang dibawa untuk diteliti terlebih dahulu, apakah sudah lengkap atau belum, sebelum diangkut kembali menggunakan jodhang atau ancak menuju Pantai Parangkusumo. Uba rampe yang digunakan pada upacara Labuhan Alit ini diantaranya adalah pangajeng, pendherek lorodan agem Dalem Sultan, dan lorodhan. Di dalamnya termasuk pula potongan kuku dan potongan rambut dari Raja. Selain itu, bunga kering sisa jamasan pusaka Kraton Yogyakarta menjadi bagian dari uba rampe yang akan dilabuh.
Uba rampe dibawa ke Pendopo Cepuri untuk dicek kembali. Setelah selesai, uba rampe dibawa menggunakan tandu bamboo ke Prangkusumo untuk dilabuh. Pelaksanaan berlanjut dengan membaca doa dan melakukan ritual di halaman Cepuri.
Ubarampe yang sudah siap akan dilanjutkan ke kawasan Parangkusumo. Ubarampe akan dilarung, tetapi masyarakat bisa merayah atau mengambil uba rampe tersebut. Banyak yang percaya bahwa siapapun yang membawa uba rampe dari kabuhan bisa mendapatkan berkah.
Upacara Labuhan menjadi daya tarik tersendiri. Selain melestarikan kebudayaan, Upacara Labuhan juga dapat menarik minat wisatawan untuk datang melihat atau bahkan menelitinya. Upacara Labuhan menjadi budaya yang lestari di Yogyakarta dan memiliki nilainya sendiri.
Comments:
Leave a Reply